Sang Duta Matematika Quran Tak Pernah Lelah Berprestasi

Komentar · 1253 Tampilan

Para ahli menyatakan, anak yang terlalu dipompa pengetahuannya oleh orangtua sering kali menjadi kurang kreatif dan takut salah. Selain itu, bila tiap hari kita memaksa anak belajar, anak akan kehilangan gairah untuk bereksplorasi dan tak pernah berprestasi

Pada umumnya, orangtua menginginkan anaknya menjadi hebat dan menjadi yang terbaik. Keinginan ini wajar, hanya yang sering tidak disadari adalah bila kita menuntut anak memenuhi harapan kita, sehingga kita sering memaksanya belajar. Kegiatan belajar menjadi tidak menyenangkan, anak tertekan dan kita menjadi kesal.

Sejak para ahli pendidikan menemukan bahwa 5 tahun pertama penting dalam tahap perkembangan anak, banyak orangtua yang mengajar anak sejak awal sekali. Hal ini tentu sikap positif, sayangnya banyak pula orangtua yang menganggap harus mengajar membaca, berhitung dan menulis. Padahal pengajaran membaca dan menulis yang dilakukan sejak dini tidak banyak manfaatnya. Sebenarnya yang penting adalah mengembangkan dasar-dasar berpikir anak.

Mengapa orangtua sering memaksa anak?

Ada beberapa alasan yang membuat orangtua sering memaksa anak belajar atau meraih tingkat pendidikan tertentu. Ada orangtua mengajar anak untuk kebaikan anak itu sendiri, ada pula ibu yang membuat jadwal belajar ketat karena merasa bersalah sering meninggalkan anak. Ia menganggap jadwal yang ketat sama artinya dengan waktu yang berkualitas.

Ada orangtua yang melihat persaingan hidup semakin berat, sehingga pendidikan sangat penting artinya. Mereka sering memaksa anak belajar dengan giat, mereka memasukkan anak ke sekolah terbaik, mencari guru terbaik, dan mencari pekerjaan terbaik. Sementara itu, mereka sendiri lupa bahwa anak juga butuh hidup secara wajar. Orangtua yang bangga pada profesi dan karirnya, sering memaksa anak mengikuti jejaknya. Ada juga orangtua yang ingin anaknya lebih berhasil dari dirinya dan meraih aspirasi yang pernah diimpikan dulu.

Banyak pula orangtua yang menganggap harus mendorong anak, bila tidak berari menghilangkan kesempatan yang harus diraih anak. Mereka menganggap bisa membuat anak menjadi lebih pintar lagi. Mereka beranggapan bahwa jika anak jadi professor atau pemain piano cilik, berarti mereka adalah orangtua yang berhasil.

Apakah kematangan bisa dipercepat?

Para ahli berpendapat, tingkat kematangan anak harus sesuai dengan perkembangannya. Misalnya, bila anggota tubuh anak sudah siap, dia akan belajar bicara dan berjalan dengan sendirinya. Demikian pula halnya dengan belajar berhitung, semuanya akan berhasil dikuasai anak bila kemampuan mentalnya sudah siap. Kesiapan adalah faktor utama yang dibutuhkan dalam belajar. Kesiapan akan diperoleh bila anak melalui tahap kematangan proses berfikir secara wajar dan teratur, sesuai dengan kecepatan perkembangannya.

Kesalahan orangtua bukan hanya suka memaksa anak, melainkan juga menempatkan standar mereka dalam kehidupan anak. Misalnya, mereka menganggap waktu bermain yang lama adalah pekerjaan yang tidak produktif atau bermain komputer lebih bermanfaat daripada bermain bola dengan teman. Padahal sebenarnya tidak begitu bagi perkembangan sosial dan emosinya.

Meski terkesan masalah ini adalah masalah sepele dan pribadi, tetapi memikirkannya secara lebih bijak pada program pendidikan anak-anak kita adalah tindakan yang tepat. Hal  ini adalah renungan bagi kita semua, para orangtua yang selalu berharap anak-anaknya menjadi yang terbaik dan terhebat di bidang apa pun, termasuk matematika.

Dalam studi kasus murid kami di kelas Ngaji Matematika (Islamic Math Adventure) bernama Mahira ini. Dia mengikuti kelas Islamic Math Adventure sejak kelas 5 hingga kelas 6 SD. Sekarang Mahira sudah SMP Kelas 7. Pola pikirnya kami berikan kebebasan untuk mengeksplorasi kejadian di sekitarnya atau di lingkungannya.

Meski Mahira ini anak yang cerdas, tapi kami tidak gegabah memeras otaknya untuk melakukan ini itu. Terutama memaksa otaknya bekerja dan berpikir keras. Kami memberikan kebebasan otak Mahira menentukan pola pikirnya yang sesuai dengan hatinya. Otak jangan dibiarkan bekerja sendiri tanpa menghubungkannya dengan hati.

Disitulah pentingnya belajar Islamic Math Adventure atau sekarang disebut Ngaji Matematika. Otak berjalan sebagaimana msestinya. Tanpa diperah dan dipaksakan. Otak berjalan biasa dan hati menuntun otak untuk menemukan pola pikir yang lebih jernih menggunakan ayat-ayat dalam Al Qur’an.

Sesederhana itu sebenarnya proses dalam Islamic Education. Hati membimbing otak untuk menemukan jalan keluar sebuah persoalan. Hasilnya? Sungguh luar biasa. Anak dapat menghasilkan rasa percaya diri yang tinggi.

Anak juga dapat berpikir jernih. Otak tak terbebani tugas-tugas yang memforsir caranya berpikir. Hati menuntun otak untuk melakukan hal terbaik. Ayat-ayat Qur’an adanya tersimpan di dalam hati.

Mahira adalah salah satu murid yang kami jadikan Duta Matematika Qur’an. Energinya makin berlimpah pada saat kami tunjuk dia menjadi Duta Matematika Qur’an. Otaknya makin terbuka, berwawasan. Dan hatinya makin bernas mensuplai kebutuhan otaknya dengan aliran ayat-ayat suci Al Qur’an yang mengalir deras layaknya sumber mata air di tengah padang pasir. Oase kehidupan.

Apakah kita termasuk salah satu orangtua yang digambarkan pada materi ini? Renungkanlah! Karena kita sendiri yang mengetahui.

Semoga berkenan dan bermanfaat.

Al Faqir Ila Allah : Siti Nurhasanah | Ajariakuislam.com

Komentar