Rupanya fan die hard-nya Prabowo dan Jokowi akan selalu jadi rival abadi. Apa pun yang diposting di medsos oleh dua orang tersebut sering kali jadi ajang cerdas cermat (debat sengit) di kolom komen.
.
Kayak kemarin ketika Prabowo memposting ucapan selamat memperingati wafatnya Isa Al Masih. Netizen yang belum berdamai dengan dendam Pilpres langsung berdatangan dari pelosok negeri. Lengkap dari Bani Taplak sampai Bani Ban Vespa pada hadir.
.
Komen miring kebanyakan berasal dari anak bau kencur yang nggak bisa mengendalikan diri. Nggak tahan kalau ada orang lain yang berbeda pandangan dengannya. Inginnya langsung meluruskan berdasar kebenaran yang dia yakini : Woeeii Isa nggak wafat! Dia diselamatkan Allah. Yang disalib itu Yudas si Pengkhianat yang mukanya dibikin persis kayak Isa...
.
Lapo sen kok iku rek, senengane komen yang menjurus ke pertumpahan darah. Mbokwis jarno ae, nggak usah ngurusi keyakinan orang. Kamu pikir kalau kamu bilang begitu terus mereka otomatis pindah agama? Nggak semudah itu Mblo.
.
Jarene Suyat, keyakinan itu tidak untuk diperdebatkan tapi dijalankan dengan benar.
.
Untuk kasus di Endonesa (di Arab mungkin nggak masalah), aku pikir memang ambigu kalau hari raya umat Nasrani tapi pakai nama Isa Al Masih. Lebih cocok Yesus Kristus. Jadi ucapan yang pas itu Selamat memperingati wafatnya Yesus Kristus.
.
Aku agak kaget tiap kali lihat kalender yang tanggal merah dengan keterangan : Wafat Isa Al Masih. Isa Al masih wafat? Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Wah, kudu ngelayat iki rek. Eh iki Isa sing endi? koncoku akeh sing jenenge Isa. Apa mungkin yang dimaksud itu bukan Isa Al Masih, tapi Isa Alkoholer. Temanku yang hobi mabuk saat zaman sekolah dulu.
.
Ini PR buat Menteri Urusan Kalender untuk membuat nama hari besar yang akurat. Karena di sini nama Isa Al Masih itu lebih terkesan Islam daripada Nasrani.
.
Endonesa itu beda. Hal sepele bisa merembet jadi perang agama. Masyarakatnya kurang piknik. Akibatnya mereka melampiaskannya di medsos, salah satunya dengan cerdas cermat tadi. Walau sebagai penikmat medsos, kadang aku menikmati perdebatan sengit antar netizen. Karena sesama ndlahom berdebat itu lutju. Ojok ngomong sopo-sopo yo.
.
Bahasa memang tidak sepenuhnya bisa mewakili kehidupan. Ketika aku tahu ada Hari Lahirnya Pancasila, aku langsung bingung. Lho sing meteng Pancasila mbiyen sopo? Garuda iku lanang opo wedok? Wong tuwone ndik endi saiki?
.
Angel wis.
Eddy Susianto
Hapus Komentar
Apakah Anda yakin ingin menghapus komentar ini?