Ada Matematika dalam Al Quran

Komentar · 1570 Tampilan

Selayang pandang Keagungan Allah dalam bilangan dan perhitungan

 

Didorong dan dirangsang oleh studi Al Quran, kaum Muslim memulai pengembangan ilmu matematika dengan pengetahuan tentang bilangan (‘ilm al-‘adad) dan ilmu hitung (‘ilm al-hisab). Ilmu-ilmu ini menduduki tempat istimewa dalam ilmu pengetahuan Islam. Sumber kajian matematika, sebagaimana sumber ilmu pengetahuan lainnya dalam Islam, adalah konsep Tauhid, yaitu Keesaan Allah. Kecintaan kaum Muslim kepada matematika langsung terkait dengan bilangan pokok dalam keimanan mereka, yakni Tuhan Yang Satu (Tauhid).

Tuhan adalah satu; karena itu, dalam urutan bilangan, angka satu merupakan simbol yang paling langsung dan paling sesuai bagi Asal-Muasan Segala. Dan, urutan angka-angka itu sendiri merupakan tangga yang digunakan manusia untuk mendaki dari alam keberagaman menuju Yang Esa.

Dalam sebuah tulisan yang memuat pandangan Ikhwan Al-Shafa, dikatakan: “Sesungguhnya bentuk bilangan dalam jiwa manusia berkaitan dengan bentuk eksistensi dalam benda. Ia merupakan contoh gambaran dunia yang lebih tinggi. Melalui pengetahuannya, para sufi secara bertahap dapat mencapai ilmu pengetahuan alam dan matematika yang lain, begitu juga ilmu metafisika. Ilmu pengetahuan tentang bilangan merupakan akar ilmu pengetahuan, unsur pokok hikmah, asal-muasal ilmu Ilahiah, soko guru pengertian, eliksir pertama, dan alkimia yang hebat.” (Seyyed Hossein Nasr, Islamic Science, hh. 75-93).

Bilangan memainkan peranan simbolik yang sangat signifikan dalam kajian matematika pada masa permulaan sejarah Islam. Angka satu memegang peranan yang penting, baik pada permulaan maupun pada akhir studi; ia menjadi sumber motivasi yang sedemikian kuat sekaligus sebagai tujuan akhir. Dimensi kualitatif dan spiritual dari angka-angka segera mengislamisasikan konsep bilangan tradisional ala Pythagoras ke dalam sebuah bentuk yang sering disebut sebagai “Pythagoreanisme Ibrahimi” yang amat tersohor dan telah mapan itu. Ini adalah sebuah paham bahwa peranan simbolis angka-angka dan bilangan amat menonjol karena disinari oleh pesan dari Yang Maha Esa.

Aspek kajian ilmu matematika ini memperkenalkan tertib aturan, keseimbangan, dan keserasian pada setiap cabang ilmu pengetahuan di Dunia Islam. Sejalan dengan itu, karena unsur inilah – yakni keteraturan, keseimbangan, dan keserasian, yang berada dalam keseluruhan spektrum spiritualitas Islam – umat Muslim tertarik kepada berbagai cabang ilmu matematika sejak awal sejarah Islam. Mereka memberikan begitu banyak sumbangan kepada ilmu matematika selama hampir seribu tahun.

Jelaslah bahwa mempelajari bilangan dan angka-angka memperoleh legitimasi dan dorongan kuat dari Al-Quran sehingga membuka cakrawala belajar baru dalam bidang matematika. Dengan kata lain, Tauhid merupakan sumber ilmu pengetahuan – karena semua ilmu pengetahuan memancar darinya, dan memperkaya makna kehidupan manusia. Kebodohan manusia diganti dengan ilmu pengetahuan. Sebab, ilmu pengetahuan membebaskan manusia dari belenggu kebodohan dan membawanya menuju cahaya pengetahuan, sehingga ia menyinari alam kecerdasan batinnya dengan cahaya Allah Swt, dan memperkaya kehidupan duniawinya dengan kekayaan materi (fadhl) di atas bumi. Dengan demikian, tercapailah keseimbangan kondisi kehidupan manusia yang menunjukkan kemajuan dan kesejahteraan secara materi dan spiritual.

Apabila manusia mencari pengetahuan tentang alam ciptaan Tuhan dengan mengkaji Al-Quran, kekayaan materi dengan sendirinya akan diperolehnya. Akan tetapi, orang yang bijaksana tidak akan jatuh ke dalam jebakan kekayaan materi itu. Bahkan sebaliknya, karena terkesan menyaksikan kebesaran dan keagungan kerajaan Allah dan kekuasaan-NYA, ia justru akan kembali kepada-NYA dengan semangat dan tekad yang lebih besar.

Demikianlah kajian ilmu matematika dimulai dari keesaan dan berakhir dengan keesaan, karena keesaan menciptakan kemajemukan yang kemudian berbalik kembali kepada keesaan setelah mengembara jauh dalam keadaan takjub dan kagum dalam lautan bilangan dan angka.  Hal ini menjadikan manusia lebih menyadari Tuhannya dan lebih dekat kepada-NYA, lalu berseru:

“Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (QS.20:114)

Dengan demikian, dapat kita nyatakan di sini bahwa Al Quran boleh jadi telah banyak mendorong manusia untuk melakukan penelitian tentang persamaan matematis. Al Quran bukan saja telah mendorong mereka untuk menghitung bilangan-bilangan secara tepat berdasarkan data-data yang mereka miliki menurut kaidah-kaidah saintifik, melainkan juga mendorong mereka memelihara hubungan yang erat dengan Sang Pencipta melalui hasil-hasil perhitungan yang dilakukannya. Itulah sebabnya, mengapa matematika diklaim sebagai memiliki kedudukan yang “istimewa” dalam sains Islam.

Filsafat Islam yang berintikan ajaran Tauhid (Keesaan Allah) mendorong dan meresap ke dalam ilmu matematika dan ilmu bilangan; keharmonisan, keseimbangan, dan kesadaran yang sama tentang kesatuan yang memancarkan keberagaman yang kemudian kembali lagi menuju kesatuan menjadi ciri khas spiritualitas Islam.

Karakter suci matematika dalam pandangan Dunia Islam tidak dapat dilihat lebih jelas lagi kecuali dalam seni, yang dengan bantuan Aritmatika dan Geometri, materi dimuliakan dan menciptakan suasana sakral yang secara eksplisit mencerminkan Wujud Yang Maha Esa dalam dunia yang serba ganda.

Inilah dorongan yang diberikan Al Quran sehingga merangsang penelitian yang brilian dalam bidang matematika yang pada gilirannya memungkinkan para ilmuwan Muslim menemukan teknik-teknik baru dalam bidang ini. Mereka berhasil mengembangkan angka Arab yang berasal dari India, menciptakan angka nol, dan mengembangkan ilmu Aljabar.

Sumber: AjariAkuIslam.com 

Komentar