Pentingnya Menindas Anak Agar Pintar Matematika

Komentar · 1467 Tampilan

Wah, serem banget judul artikel ini. Masa harus menindas anak agar pintar Matematika? Apakah dibenarkan cara ini? Eitts, tunggu dulu gaes. Baca dulu hingga tuntas agar tak gagal paham. Bagaimana cara menindas anak agar pintar Matematika?

Rahasia semesta tertulis: Setiap anak pasti akan bisa berhitung, seperti halnya setiap anak pasti bisa berjalan.

Beberapa anak (usia 5-6 tahun) sudah tinggal landas dalam proses penjumlahan 1 digit. 

Apa yang disebut dengan tinggal landas dalam penjumlahan satu digit? Ketika anda menanyakan kepada anak berapa jumlah dari 8+2? Jika anak menjawab 10 tanpa menggunakan tangan atau memroses dengan cara 8 di kepala 2 di jari, maka dikatakan anak sudah Tinggal Landas (saya singkat TINDAS).   

Jika anak, ketika menghadapi soal 8+2, dia memroses secara manual (8 di kepala, 2 di jari, lalu mulai menghitung) atau menggunakan seluruhnya dengan jari, maka anak yang demikian belum dikatakan tinggal landas.   

Perlukah anak tinggal landas? Pada waktunya (pencapaian ini berbeda-beda antara anak) anak akan tinggal landas. Namun, pada usia 7 tahun kita harapkan anak sudah tinggal landas dalam penjumlahan 1 digit. Karena penjumlahan 1 digit adalah pintu gerbang untuk bisa menyelesaikan penjumlahan lanjutan. 

Biasanya para ibu mengeluhkan anaknya yang cepat dalam perkalian tapi lambat di penjumlahan. Mengapa perkalian bisa di luar kepala tapi penjumlahan tidak?

Ada banyak alasan untuk menjawab pertanyaan itu. Dua diantaranya adalah:

  1. Perkalian tidak punya cara lain harus direkam (dengan cara dihapal) jika mengandalkan proses penjumlahan maka akan melambatkan atau berisiko salah. Sebab dalam konsepnya, perkalian dikatakan guru-guru di sekolah adalah Penjumlahan Berulang. Jadi jika jika ada perkalian 7x5, itu artinya 5+5+5+5+5+5+5 dan berakhir dengan hasil 35. Anak harus menjumlahkan jika menuruti konsep Perkalian adalah Penjumlahan Berulang. Disinilah resiko salah itu sangat meungkin terjadi. Perkalian tak perlu dihafalkan. Nanti akan hafal sendiri jika berlatih dengan baik dan benar.
  2. Penjumlahan bisa mengandalkan alat bantu (menghitung manual atau pakai jari). Konsep menjumlah memang begitu. Tak ada cara lain selain harus menambahkan satu per satu setiap angka untuk memperoleh jawaban. Penjumlahan tak bisa dihafalkan hasilnya.

Apakah pada anak usia 5-7 tahun, anak bisa di TINDAS (diajak Tinggal Landas) dalam penjumlahan satu digit? Artinya sama dengan perkalian, apakah penjumlahan bisa dikerjakan di luar kepala? 

Coba perhatikan peta penjumlahan dan peta perkalian berikut ini:

 

Tabel Penjumlahan vs Tabel Perkalian

Dari tabel di atas, saya ingin mengungkap fakta:

  1. Tabel tersebut memuat jumlah kolom dan baris yang sama baik pada perkalian dan penjumlahan.
  2. Terdapat fakta bahwa ada anak yang mampu melakukan tinggal landas penambahan pada usia 5-6 tahun   
  3. Terdapat  fakta bahwa  nantinya setiap anak mampu tinggal landas penjumlahan sama seperti setiap anak mampu berdiri.

Sehingga:

  1. Tinggal landas dalam penjumlahan bisa terjadi
  2. Tinggal landas bisa dipercepat dengan metode pembelajaran Matematika Ajaib

Namun demikian anda yang mempunyai anak usia 5-7 tahun yang kebetulan belum tinggal landas, lalu jangan menganggap anak anda wajib tinggal landas sekarang juga. Perlu Anda ketahui bahwa diantara anak kelas 3 dan 5 ada yang belum tinggal landas.

Hal ini disebabkan karena lingkungan belajarnya kurang mendukung. Metode yang digunakan tidak logis. Dan alasan yang diluar dugaan adalah karena mereka terlalu sering belajar hitung cepat.

Sekali lagi, lingkungan adalah faktor yang menentukan. Dengan menciptakan lingkungan yang memotivasi, anda bakal mampu melahirkan anak yang bisa dan mampu tinggal landas dalam penjumlahan. 

Lalu apa perlunya anak tinggal landas dalam berhitung seperti itu? Apakah kemampuan itu digunakan pada usia itu? Apakah bermanfaat bagi anak? Apakah tidak membebani anak? Apakah otak anak Anda tidak akan menderita? 

Coba perhatikan, keluarga yang mempunyai anak yang tinggal landas dalam penjumlahan. Bagaimana kehidupan mereka? Apakah anak itu harus pergi ke tempat les? Apakah rumah keluarga itu berubah menjadi kelas bagi sang anak? Apakah anak itu selalu membawa buku? Atau berada duduk manis di kursi mengerjakan soal-soal penjumlahan? Tidak!

Anak-anak yang sudah mengalami TINDAS atau Tinggal Landas berprilaku seperti anak pada umumnya. Bermain dan belajar seperti temen-temen mereka. Namun mereka mempunyai satu kelibihan dibandingkan temen-temen lainnya. Yaitu rasa percaya diri yang tinggi.

Banyak yang terkait dengan pengertian tinggal landas. Baik efek dari tinggal landas itu sendiri (positif untuk anak)  maupun proses untuk menjadi tinggal landas.    

Anak-anak yang sudah TINDAS, memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah:

  • Percaya diri yang tinggi
  • Mampu berhitung dengan logis
  • Dampak ikutan lainnya yang menunjang pelajaran lainnya

Proses apa yang harus dilakukan agar anak-anak bisa TINDAS?

  • Eksplorasi angka dan bilangan serta polamatika
  • Penalaran soal-soal yang dilatih dengan teratur
  • Pengasahan logika matematika
  • Mengaktifkan sel-sel otak anak dengan seimbang

Efek positif dari tinggal landas adalah anak mampu menguasai berhitung dan mungkin lebih percaya diri dan dampak lain. Dalam proses yang mereka lalui terbentang latihan penalaran dan penumbuhan logika, eksplorasi, serta mengaktifkan potensi otak yang sedang tumbuh.

Dalam hal ini yang menentukan apakah anak menderita atau tidak adalah apakah proses tinggal landas menjadi suatu beban atau menjadi aktifitas menyenangkan.  Jika prosesnya wajar, menggunakan logika yang bisa diterima oleh logika anak, maka anda mendapatkan tujuan ganda. Anak mampu berhitung dan tumbuhnya kemampuan berpikir logis.

Jika prosesnya anda paksakan (baik metodenya maupun pendekatannya), mungkin tujuan tinggal landasnya tercapai, tapi anak akan kehilangan minat, atau menimbulkan dampak negatif lainnya.

Bagaimana cara memberikan proses berhitung dalam rangka tinggal landas? Adalah dengan memasuki dunia anak dan melebur dengan dunia mereka. Anak belajar dengan cara bermain, dan bukan bermain sambil belajar. 

Bermainnya anak adalah proses belajarnya anak. Eksplorasi yang tersedia dalam video tutorial Matematika Ajaib ini untuk dikerjakan bersama-sama antara orangtua dan anak.  Kegiatan ini seperti bermain-main. Namun di tangan andalah kegiatan eksplorasi ini menjadi diminati dan berkesan untuk anak.

Kendala yang banyak terjadi juga adalah tak banyak orang tua yang mempunyai waktu khusus untuk bermain dengan anak.  Atau bahkan banyak orang tua yang tidak bisa bermain dengan anak karena tidak semua orang tua mempunyai kemampuan menyamakan bahasanya dengan bahasa anak alias tidak bisa bermain.   

Kalau itu pun tidak juga bisa dilakukan, maka selipkan mental aritmatika secara lisan di sela-sela anak sedang bermain, ketika kita sedang di perjalanan, ketika anak di mobil, ketika ibu di dapur, anak di ruang keluarga dan lain sebagainya.

Ajaklah anak bermain-main angka secara lisan (mental aritmatika). Bermain angka secara lisan, dimana sang ibu memberikan soal penjumlahan dua angka secara lisan dan anak harus menjawab secara lisan pula.

Proses menjawab secara lisan adalah cara kita mengajak anak proses penjumlahan dengan otak. Otak akan mencerna, memproses, dan merekam.

Jika dulu ada nasehat rahasia untuk pandai dalam matematika, harus berlatih minimal 5 soal setiap hari, maka kini dengan melakukan kegiatan seperti yang saya contohkan di atas menggunakan metode belajar Matematika Ajaib, Anda dan anak pasti bisa mengerjakan lebih dari 5 soal. Dan kegiatan itu tetap bisa kita sebut berlatih. 

Sumber: Ir Bekti Hermawan Handojo, MKomMatematika Ajaib

Komentar