Ikhtiar Membumikan Teknologi Layar Sentuh di Indonesia

Komentar · 1376 Tampilan

Siapa yang tak kenal teknologi layar sentuh masa kini? Tak kenal teknologi layar sentuh dan HP kamu tak punya layar sentuh? Bersiap-siaplah kamu dibilang manusia gaptek. Nggak mau kan? Yuk, simak dulu seperti apa sejarah layar sentuh sampai ke Indonesia.

Sebagian besar teman dan sahabat saya menyakini bahwa saya adalah orang yang gagap teknologi layar sentuh. Apa itu? Yaitu orang yang tak memahami teknologi cermin layar sentuh. Bisa jadi, karena untuk benda berteknologi layar sentuh paling sederhana pun saya belum punya. Apalagi komputer tablet dengan teknologi layar sentuh terbaik. Alih-alih memahami cara kerja teknologi layar sentuh, memahami apa itu teknologi layar sentuh saja mungkin saya belum bisa membayangkan.

Namun, mau tak mau, daripada saya kehilangan banyak sahabat hanya karena gagap teknologi layar sentuh, saya mencoba menelusuri perkembangan teknologi ini sejak awal ditemukannya hingga teknologi layar sentuh masa depan.

Begitu mengagetkan, ternyata teknologi layar sentuh sudah lama dan banyak bertebaran hidup bersama masyarakat Indonesia. Jika melihat prilaku masyarakat kita pada teknologi ini, saya malah kebingungan lagi dan sulit membayangkan sebuah masyarakat yang hidup tanpa teknologi layar sentuh. Awalnya tak paham apa itu teknologi layar sentuh, sekarang berbalik menjadi semacam ketakutan jika hidup tak didampingi teknologi ini. Ironis.

Teknologi layar sentuh awalnya pasti menjadi sebuah pemikiran yang aneh. Sama seperti dulu manusia tak pernah bisa berpikir ada pesawat terbang, telepon nirkabel, atau makanan berbentuk tablet. Semua itu menjadi semacam lakon fiksi ilmiah. Tak tersentuh pikiran kebanyakan orang, tiba-tiba saja teknologi itu mendominasi kehidupan kita.

Teknologi layar sentuh juga mengalami hal yang sama. Siapa sangka, jika dilihat sejarahnya, teknologi layar sentuh ini mengalami penolakan dari masyarakat berpikiran maju. Tengok saja tahun 1965 pada saat  E.A. Johnson di Royal Radar Establishment di Malvern, Inggris, menemukan teknologi layar sentuh.

Seperti dilansir dari acante.co.uk  dalam artikelnya Touch Display – a Novel Input/Output Device for Computers, Johnson menggambarkan mekanisme layar sentuh yang digunakan oleh banyak smartphone modern, yaitu sentuhan kapasitif.

Layar sentuh kapasitif memiliki fitur isolator, seperti kaca, dilapisi dengan konduktor transparan seperti indium tin oxide. Jari manusia yang bersentuhan dengannya bertindak sebagai konduktor listrik.

Teknologi asli Johnson hanya dapat memproses satu sentuhan pada satu waktu. Apa yang kita sebut teknologi  “'multi-sentuh”  masih jauh. Bahkan belum terbayangkan J.  Sensitivitas tekanan juga masih menjadi angan-angan dari perangkat Johnson saat itu.

Masih dikutip dari acante.co.uk, dalam perkembangannya akhirnya penemuan Johnson diadopsi oleh pengontrol lalu lintas udara di Inggris dan tetap digunakan sampai akhir 1990-an. Sebuah kemajuan yang sangat pesat ketika itu.

Seperti diketahui, artikel pertama EA Johnson tak digubris masyarakat, bahkan cenderung “dicuekin”. Mungkin masyarakat Inggris saat itu berpikiran bahwa EA Johnson banyak berfantasi saja. Sehingga pemikirannya dianggapnya lakon fiksi.

Namun, kegigihan EA Johnson membuahkan hasil di artikel keduanya, yaitu Touch Displays: A Programmed Man-Machine Interface. Artikel ini merupakan penyempurnaan pemikiran Johnson, hingga akhirnya keinginannya memperoleh paten berjudul Touch Displays terkabul dan mendapatkan kode paten US3482241.

Bagaimana perkembangan teknologi layar sentuh di Indonesia?

Ada anggapan bahwa perkembangan penggunaan teknologi layar sentuh ini di Indonesia disebabkan karena “tekanan sosial”.  Mengapa demikian? Sebab perkembangan sebuah teknologi maju seperti layar sentuh ini seharusnya berkembang dan dikembangkan untuk mempermudah kehidupan masyarakat. Namun perkembangan teknologi layar sentuh di Indonesia disinyalir disebabkan karena kebiasaan dan kesukaan masyarakat Indonesia yang sering berganti HP baru.

Mau tidak mau, karena adanya “tekanan sosial” itu, dimana orang yang tak memiliki HP dengan layar sentuh maka dianggap sebagai orang yang gagap teknologi layar sentuh. Sehingga, butuh tidak butuh, akhirnya masyarakat membeli teknologi terbaru ini, daripada dianggap orang yang gaptek layar sentuh.

Jadi jangan heran jika ada seseorang yang memiliki lebih dari 1 HP. Bisa jadi 2 atau 4 HP dimiliki seseorang dengan teknologi berbeda. Mereka memiliki HP dengan teknologi terbaru karena “tekanan sosial”, bukan “tekanan kebutuhan”.

Jadi, jika saya mempertahankan diri dengan HP jadul saya yang tak berteknologi layar sentuh, bisa jadi saya semakin terkucilkan. Namun, sebenarnya tanpa memiliki sendiri HP dengan teknologi layar sentuh, paling tidak saya masih bisa menggunakan teknologi ini di bank atau beberapa layanan umum lainnya.

Seperti dikutip dari Sentuh Digital Teknologi, sebagai perusahaan penyedia teknologi layar sentuh di Indonesia yang berkembang pesat, banyak peralatan dengan layar sentuh digunakan di dunia perbankan. Katakanlah seperti di Bank BNI, BNI Syariah, Bank Bukopin, Bank Sumselbabel, Bank Sulteng, Bank Sulutgo serta beberapa tempat lainnya seperti Pertamina International Shipping, Kemendikbud, Kemenpar, Humas Jawa Barat dan instansi-instansi lainnya.

Sentuh Digital Teknologi sendiri adalah perusahaan penyedia dan pemasok teknologi layar sentuh dan peralatannya di Indonesia. Sentuh didirikan oleh para profesional di bidang kreatif dan teknologi yang menyadari berkembangnya teknologi yang telah bertransformasi menjadi model bisnis, dimana model bisnis ini seolah tanpa batas wilayah.

Semoga saja kehadiran Sentuh Digital Teknologi ini selain turut memajukan dan memodernisasi dunia industri  dalam ikhtiar membumikan teknologi layar sentuh di Indonesia. Serta  juga bisa memenuhi harapan saya agar dapat menikmati teknologi layar sentuh tanpa harus mengganti HP kesayangan saya yang masih menggunakan keypad

Komentar