In the name of God, Most Gracious, Most Merciful.
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah yang hanya kepada-Nya kami memuji, dan memohon pertolongan. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan-kejahatan diri kami, dan dari keburukan-keburukan amalan kami. Barang siapa yang diberikan petunjuk oleh Allah, niscaya tidak akan tersesat, dan barang siapa yang dijadikan sesat oleh Allah, niscaya tidak akan mendapatkan petunjuk. Kami bersaksi tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya, dan kami bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Alhamdullillah, atas segala bimbingan-Nya, dan kerjasama rekan-rekan di Rumah Akal, kami dapat menyelesaikan karya kecil ini.
Tulisan ini dimaksudkan sebagai upaya memperkenalkan kepada generasi muda Muslim khususnya, dan umat manusia pada umumnya, tentang khazanah ilmu berhitung dan matematika yang berpedoman pada perilaku baik atau akhlaq mulia sebagaimana tercantum pada Al Quran. Yang telah memberikan pengaruh yang sangat besar pada kami untuk mengeksplorasi perhitungan angka dan bilangan (matematika) dalam penerapannya guna menjelaskan akhlaq mulia kepada anak-anak sedini mungkin.
Kita sebagai mahluk bernama manusia, yang berperan sebagai orangtua, pasti sepakat, bahwa anak adalah amanah. Tapi tidak hanya itu. Ia juga adalah ”mata air” ayah-ibunya. Penyejuk hati dan penenang bagi jiwa yang bimbang. Anak adalah amanah, itu sudah pasti. Namun, belum tentu ia menjadi ”mata air” bagi orangtuanya. Kelak kita akan diminta pertanggungjawaban atas amanah itu, meski mungkin hati kita tak pernah tersejuk olehnya, dan jiwa kita tak pernah tenang menjalani hari-hari dengannya, bersama bimbang yang senantiasa mengembang, bagai bahtera yang digoncangkan ombak.
Pada dunia yang serba tak pasti inilah mahluk bernama orangtua ini harus berkata “kepastian” pada akhlaq Sang Amanah. Kita boleh bertanya kepada siapa pun yang telah mengaku sebagai orangtua, apakah mereka itu koruptor atau pun seorang ustadz. Niscaya semuanya akan sepakat memberikan jawaban yang memiliki inti dan hikmah yang sama: mendambakan anak yang qurratu ‘ain.
Pendidikan akademik adalah penting bagi setiap insan. Namun, pendidikan akademik yang bernilai tinggi belum tentu menjamin kesuksesan seseorang dimasa mendatang tanpa memiliki akhlaq mulia. Fakta dan data sudah sering mengatakan bahwa anak yang cerdas belum tentu bisa sukses. Ambil contoh sebuah kasus seorang anak bernama Ted Kaczynski yang sangat cerdas. Ia berhasil meraih gelar Doktor dalam ilmu matematika pada usianya yang ke 20 dari Harvard University. Profesi sebagai dosen di Harvard ditinggalkannya ketika dia tertarik pada teknologi bom. Kejeniusan Kaczynski akhirnya membuat dia terpuruk di penjara karena dia membunuh 22 orang dengan bom yang dia buat sendiri! Sungguh dia adalah seorang jenius yang tak berakhlaq mulia.
Semua orangtua akan sepakat untuk satu hal; berharap mempunyai anak-anak yang dapat dibanggakan. Anak-anak yang kelak saat mereka dewasa menjadi satu diantara deretan manusia-manusia sukses, baik akademik maupun akhlaqnya. Tidak ada orangtua yang mengingkari hal ini. Hanya saja, cita-cita boleh sama, namun cara mewujudkannya belum tentu sama.
Di Rumah Akal, kami mengajarkan akhlaq Qurani melalui pendekatan matematika. Atau lebih tepatnya mengajarkan akhlaq yang abstrak dengan bahasa bilangan. Hal ini tentunya mudah kami lakukan karena keyakinan kami bahwa segala sesuatunya sudah terpola dan terukur. Pendidikan akhlaq adalah sesuatu yang sudah terpola dan terukur. Matematika juga merupakan ilmu pengetahuan tentang bilangan yang terpola.
Keith Devlin, mengatakan: “Mathematics, the science of patterns, is a way of looking at the world, both the physical, biological, and sociological world we inhabit, and the inner world of our mind and thoughts.” (Matematika, sebagai ilmu tentang pola, merupakan sebuah cara memandang dunia, baik dunia fisik, biologis dan sosiologis di mana kita tinggal, dan juga cara memandang dunia batin dari pemikiran kita).
Dan bagi Josiah Willard Gibbs (1839-1903), dia berpikiran: “Mathematics is a language.” (Matematika adalah sebuah bahasa).
Sedangkan menurut M. Quraish Shihab, ahli tafsir kontemporer Indonesia, beliau mengatakan bahwa akhlaq dapat diartikan sebagai tingkah laku yang lahir dari manusia dengan sengaja, tidak dibuat-buat dan telah menjadi kebiasaan. Sejak kelahirannya di muka bumi, manusia membawa potensi untuk bertingkah laku baik dan buruk. Tetapi, selanjutnya beliau mengatakan: akhlaq dapat diubah! Akhlaq dapat merupakan hasil dari pendidikan. Oleh karena itu, akhlaq pun dapat diubah melalui pendidikan.
Disinilah letak keunikannya jika kita mampu menggabungkan ungkapan dan pernyataan para ahli tersebut. Dengan penggabungan pernyataan tersebut, kami memiliki kesimpulan bahwa jika akhlaq dapat diubah melalui pendidikan, maka akhlaq seharusnya bisa dijelaskan secara matematis, karena matematika dan akhlaq adalah suatu bahasa dan sudah terpola di alam semesta ini. Selain itu, aspek kajian ilmu matematika ini dalam Dunia Islam memperkenalkan tertib aturan (sesuatu yang terpola), keseimbangan (sesuatu yang terukur sebagaimana persamaan-persamaan matematis), dan keserasian (dapat digunakan untuk menjelaskan ilmu pengetahuan lain secara umum).
Kesimpulan sementara kami ini didukung juga oleh pernyataan Pythagoras: “Number rules the universe” (Alam semesta diatur secara terukur). Dan yang paling membuat kami yakin bahwa akhlaq dapat diajarkan melalui bahasa matematis adalah pernyataan dalam Al Quran:
“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.” (QS.15:19)
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS.54:49)
Keyakinan kami pun semakin bertambah bahwa akhlaq mulia bisa dijelaskan dengan bahasa bilangan, ketika mendapatkan dua ayat berikut di dalam Al Quran:
“… Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu.” (QS. An Nahl:89)
“…dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.” (QS.72:28)
Dengan demikian, benar apa yang dikatakan Afzalur Rahman dalam Quranic Sciences bahwa Al Quran boleh jadi telah banyak mendorong manusia untuk melakukan penelitian tentang persamaan matematis. Al Quran bukan saja telah mendorong mereka untuk menghitung bilangan-bilangan secara tepat berdasarkan data-data yang mereka miliki menurut kaidah-kaidah saintifik, melainkan juga mendorong mereka memelihara hubungan yang erat dengan Sang Pencipta melalui hasil-hasil perhitungan yang dilakukannya. Inilah inti pelajaran dalam Matematika Akhlaq. Itulah sebabnya, mengapa matematika diklaim sebagai memiliki kedudukan yang “istimewa” dalam sains Islam.
Demikian juga apa yang dikatakan Seyyed Hossein dalam Islamic Science, bahwa Ilmu pengetahuan tentang bilangan merupakan akar ilmu pengetahuan, unsur pokok hikmah, asal-muasal ilmu Ilahiah, soko guru pengertian, eliksir pertama, dan alkimia yang hebat.” Menjadi landasan kami dalam mengembangkan dan mengajarkan Matematika Akhlaq.
Selain mengajarkan akhlaq melalui bahasa matematika yang terpola dan terukur, Matematika Akhlaq sebenarnya juga mengajarkan ilmu berhitung secara mudah. Setiap anak atau orang dewasa yang mempelajarinya akan dengan mudah menerapkan contoh-contoh perhitungan Matematika Akhlaq, baik di sekolah maupun di rumah. Apa yang disajikan dalam tulisan berkelanjutan ini adalah upaya menjelaskan tiga hal, yaitu:
- Mengapa akhlaq diajarkan?
- Bagaimana akhlaq itu diajarkan dengan contoh-contoh nyata persamaan matematika?
- Bagaimana setiap orang yang mempelajarinya dapat menerapkan ilmu berhitung dalam buku ini untuk kepentingan dirinya maupun orang lain, di mana saja berada (termasuk dapat diterapkan dalam pelajaran matematika di sekolah-sekolah).
Akhirnya, setelah kami renungkan selama kurang lebih dua tahun, Matematika Akhlaq dapat hadir di hadapan para pembaca budiman sekalian apa adanya. Tentu, ketidaksempurnaan itu milik kami, karena hanya Allah yang Maha Sempurna. Tulisan ini sudah terwujud. Dan itu semua adalah hasil kerja yang baik di antara kami, dan tentunya dengan bimbingan Sang Maha Guru, Sang Inti Hakiki Ilmu Pengetahuan.
Dan dalam Islamic Science dikatakan: “Karakter suci matematika dalam pandangan Dunia Islam tidak dapat dilihat lebih jelas lagi kecuali dalam seni, yang dengan bantuan Aritmatika dan Geometri, materi dapat dimuliakan dan menciptakan suasana sakral yang secara eksplisit mencerminkan Wujud Yang Maha Esa (Tauhid) dalam dunia yang serba ganda”.
Maka Matematika Akhlaq kami tulis sebagai “seni” dalam mengajarkan akhlaq mulia, akhlaq Qurani, kepada setiap anak, Sang Amanah, melalui bahasa Aritmatika dan Geometri. Dan tidak menutup kemungkinan, jika Allah memberikan petunjuk dan bimbingan-Nya kepada kami, mengajarkan akhlaq mulia melalui Trigonometri untuk remaja. Satu pesan kami kepada keluarga Muslim di Indonesia dalam membaca, mempelajari dan mengaplikasikan Matematika Akhlaq dalam buku ini:
Ajarkan fakta, maka anak akan menemukan hukumnya!
Sesuai dengan apa yang diajarkan Al Quran dengan petunjuk-Nya:
“… Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-NYA yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS.2:185)
Semoga berkenan dan bermanfaat.
Sumber: AjariAkuIslam.com