Harapan Jack Ma dan Ngaji Matematika

Komentar · 1159 Tampilan

Jack Ma itu berlatar belakang guru Bahasa Inggris. Jadi sangat wajar harapan besarnya pada dunia pendidikan begitu besar. Lalu apa peran Ngaji Matematika pada harapan besar Jack Ma? Bisakah Ngaji Matematika Qur'an memenuhi harapan Jack Ma dan harapan kita semua?

Artificial Intelligence (lebih dikenal dengan Kecerdasan Buatan)barangkali kembali akan menggantikan banyak aktifitas yang ditunaikan oleh manusia. Kasir toko, kasir bank, penerima pelanggan, penerima telepon, agen perjalanan, distributor surat, dan juga pembaca berita jadi beberapa contoh pekerjaan yang telah disita alih, digantikan peranannya.

Bahkan, kegiatan paling akhir yang dijelaskan itu sedang menjadi perbincangan khalayak ramai. sebuah stasiun televisi di Republik Rakyat China, Xinhua News Agency, telah mempromosikan reporter yang memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence. Reporter ini terlihat layaknya pria biasa. Baik dari segi suara,raut wajahnya, ekspresinya, atau bahkan pergerakan tubuhnya mirip banget seperti manusia biasa.

Hal ini tentu mempunyai dampak pada perubahan besar bagi kebutuhan industry kerja. Namun, apabila diteliti lebih jauh, perkembangan teknologi ini tak meleyapkan secara total fungsi manusia, melainkan mampu beri tambahan kesempatan baru terhadap mereka. Itulah yang diungkapkan oleh pengusaha sukses asal Negri Panda, Jack Ma, dalam acara Word Economic Forum di Davos, Swiss.

Values (nilai-nilai humanis), keyakinan, berpikir nalar, bekerja berkelompok, dan pikirkan pada orang lain adalah kekuatan yang tidak dikuasai oleh robot. Oleh sebab itu, saya pikir kita wajib mengajarkan anak-anak kapabilitas selanjutnya untuk menegaskan bahwa manusia tidak sama bersama mesin.

Mudah dipahami mengapa seorang Jack Ma memiliki pemikiran seperti itu. Kejeniusan akademik sebenarnya diperlukan oleh manusia guna menyongsong industry kerja di era mendatang. Tapi, penguasaan soft skill terhitung mengimbuhkan dampak yang lumayan besar.

Dengan kebolehan ini, manusia dapat lebih berpikir kritis, bersosialisasi, dan juga memecahkan tiap tiap kasus yang nampak bersama dengan kesimpulan yang tidak dapat dilaksanakan oleh mesin. Pendidikan Holistik, pendidikan menyeluruh dan berkesinambungan. Begitu arti akademisnya.

Berawal berasal dari permasalahan itu, lembaga pendidikan seharusnya memiliki wawasan jauh ke depan, futuristik, bagaimana caranya untuk menghasilkan lulusan yang cocok kebutuhan saat ini dan mendatang. Diantaranya ialah dengan mengaplikasikan sistem pendidikan yang mencakup semua aspek kehidupan, baik unggul pada sisi akademik maupun kekuatan yang berupa afektif.

Untungnya di Indonesia ada sebuah metode pendidikan Matematika yang menyeluruh, mnyinggung akhlak, dan tetap bernalar. Tidak ada robot yang bisa dididik menjadi seperti manusia yang memiliki perasaan dan akhlak. Ngaji Matematika adalah salah satu alternatif pembelajaran Matematika berbasis Qur’an yang ada di Indonesia, pertama dan satu-satunya.

Sistem pendidikan ini pun dikenal bersama dengan sebutan pendidikan holistik. Ngaji Matematika adalah Pendidikan Menyeluruh, komprehensif, pendidikan yang tidak cuma mementingkan segi kecerdasan akademik anak, tapi juga mengedepankan banyak variasi aspek kehidupan supaya pelajar mempunyai perkembangan yang seimbang. Dalam perihal ini layaknya penguasaan kekuatan berinteraksi dan kekuatan sadar diri.

Penerapan Pendidikan Terintegrasi  sebagaimana diajarkan pada Ngaji Matematika ini pun berangkat dari problem yang kerap dijumpai umumnya orang sehabis masuk ke industry kerja.

Jadi, kala murid telah masuk dunia kerja atau membawa hubungan yang luas dengan masyarakat, mereka tidak kembali mengandalkan kapabilitas akademik secara harfiah. Mereka tetap dan pasti membutuhkan pendidikan akhlak dan budi pekerti yang tak pernah dimiliki oleh robot.

Contohnya, dikala tersedia masalah di dalam kerja tim, sangat tidak mungkin menyelesaikan masalah cuma bersama dengan kapabilitas Matematika.

Lebih dari itu, ketika ada persoalan dalam suatu proyek, bukan kapabilitas sains yang ditunjukkan, melainkan langkah berkomunikasi dan berpikir nalar untuk mendapatkan problem solving yang dibutuhkan.

Sekali lagi, Ngaji Matematika sudah memenuhi harapan para pembelajarnya, terutama pelajar Muslim. Bahkan sudah memenuhi kriteria pendidikan yang diharapkan Jack Ma.

Inilah yang seharusnya disadari benar oleh siapapun terutama para orangtua murid behawa sekolah perlu segera menerapkan pendidikan holistik di lingkungan satuan pendidikan sedini mungkin. Oleh dikarenakan hal itu, setiap sekolah seharusnya telah menerapkan Pendidikan Menyeluruh sejak dari pendidikan anak usia dini.

Tujuannya tidak lain agar anak memiliki pemikiran positif dan pemikiran bertumbuh sejak mereka mengenal sekolah. Selain itu agar mereka memiliki daya resiliensi atau ketahanan diri, membawa fleksibilitas, dan keinginan untuk terus belajar berkelanjutan.

Dalam type Ngaji Matematika, murid juga dididik untuk selesaikan masalahnya sendiri. Di sini posisi guru lebih menjadi penengah pelajar. Tugasnya mengimbuhkan perlindungan dengan pertanyaan-pertanyaan kritis, diskusi  2 arah, dan beri tambahan beberapa misal kasus yang serupa.

Diharapkan dengan cara ini siswa jadi lebih bisa berpikir nalar dan membawa kemampuan bersosialisasi yang baik. Tentu, harus berdasarkan Al Qur’an.

Penguasaan soft skill layaknya yang telah dijelaskan di atas, harus ditunaikan dikarenakan pergantian jaman kian cepat. Generasi penerus bangsa pun diwajibkan untuk mengikuti arus pertumbuhan teknologi sehingga tidak tersesat di di masa depan.

Apalagi sementara ini Revolusi Industri 4.0 dan jaman digitalisasi telah melekat terhadap kehidupan sehari-hari. Untuk bisa survive, generasi muda pun wajib punya soft skill yang mampu menolong kehidupan masa depannya. Soft skill pelajar Muslin juga bisa diasah melalui polamatika yang diajarkan di Matematika Ajaib.

Pertama, mereka harus mempunyai kebolehan dan kebijaksanaan untuk menyaring beraneka informasi yang didapatkan. Mereka pun harus logis pada berbagai macam info yang bertebaran di dunia maya agar tidak gampang tertipu atau terbujuk begitu saja bersama dengan berita hoaks tak bertanggungjawab.

Kedua, generasi muda juga butuh kemampuan komunikasi yang mumpuni. Sebab, sementara ini mereka cenderung berkomunikasi secara digital untuk sekedar menutupi ketidakmampuannya berkomunikasi dalam berbagai bahasa dunia. Terutama bahasa Inggris.

Ketiga, agar mereka memiliki kemampuan beradaptasi dan memiliki pendirian yang teguh atau mental yang kuat. Hal ini sebab tantangan yang bakal ditemui pada masa depan dapat lebih berat. Dengan mempunyai kekuatan adaptasi dan pendirian yang teguh, mereka tidak dapat mudah terbujuk serta tidak punyai ketergantungan dengan orang lain.

Diharapkan keluaran atau kelulusan Perguruan Tinggi yang dihasilkan pun memiliki kepandaian seimbang, antara kebolehan akademik dan kapabilitas soft skill yang berwujud afektif. Dengan begini, keberadaannya tak akan tergantikan biarpun teknologi Artificial Intelligent dan mesin-mesin modern menjamur dimana-mana pada era yang akan datang.

Bersambung di artikel berikutnya. Simak terus ya gaes.

Komentar