Lakukan Teknik Ini Jika Anak Anda Sulit Makan

Comments ยท 1407 Views

Makan itu penting. Tapi bagi anak-anak, bisa jadi makan itu adalah beban. Terus terang, bermain bagi anak-anak jauh lebih menarik dibandingkan makan. Apalagi kalau kita ngoceh kesana kemari menjelaskan manfaat sarapan. Tak ada gunanya!

Berapa kali anak Bapak/Ibu makan dalam sehari? Tiga kalikah? Dua kali? Satu kali? Atau nggak mau makan sama sekali? Jika anak nggak mau makan, jangan suruh makan!

Setiap orangtua selalu ingin memiliki anak-anak yang sehat. Baik jasmani maupun rohani. Dalam hal kesehatan jasmani, orangtua senantiasa menginginkan anak-anaknya makan makanan yang sehat atau bergizi.

Jika Bapak/Ibu suatu saat mendapati bahwa anak-anak nggak mau makan, apa yang harus kita lakukan? Memarahinya? Menyuruhnya (dengan memaksa) untuk makan meski kita memerintahkan berkali-kali tanpa hasil? Sudah bisa dipastikan kita akan mengalami stres (terutama para Ibu)!

Berikut adalah kisah yang saya alami pada 10 Januari 2004:

Sabtu pagi itu saya agak sedikit bermalas-malasan. Maklum, hari Sabtu memang hari santai bagi saya. Dari dapur, sejenak kemudian, terdengar suara istri saya berteriak. "Adi, Adinda... ayo segera sarapan! Mama sudah siapin makanannya, nih!" teriak istri saya. Wah, yang dipanggil untuk sarapan malah tenang-tenang aja nonton film kartun!

Melihat kelakuan dua anak kami itu, istri saya tambah keras memanggil mereka berdua untuk menyuruhnya sarapan. Tapi, lagi-lagi mereka tak bergeming dari depan film kesayangannya!

"Kalian nggak mau sarapan ya? Kalau nanti kalian lapar, pokoknya Mama nggak mau bantuin nyiapin sarapan!" ancam Mamanya. "Sarapan itu kan penting bagi kesehatan kalian. Biasakan sarapan setiap pagi." jelas istri saya menambahkan. Apa yang menjadi celoteh istri saya masih tetap tidak dapat menarik perhatian Adi dan Adinda. Waduh! Repot juga ya berurusan dengan anak. Mendengar teriakan - teriakan istri saja sudah agak pusing. Apalagi berhadapan langsung dengan anak-anak!

Tapi... Ting! Aha! Saya baru ingat kisah si Kancil yang banyak akal. Secara iseng dan bercanda, saya berteriak kepada istri saya. "Ma, asyik nih, anak-anak nggak mau makan. Sarapannya buat saya aja ya, Ma. Biarin Adi dan Adinda nggak usah diberi makan. Semua buat saya ya , Ma!" teriak saya ke istri.

"Bayamnya buat saya! Telur dadarnya buat saya, Ma! Asyik nih, nanti saya pasti menang kalau main gulat! Anak-anak jangan diberi makan ya, Ma!" teriak saya lebih keras kepada istri saya.

Tidak lama menunggu reaksi, terdengar suara gedebak gedebuk dan teriakan ribut dari ruang TV. Ada apa nih? Waduh! Saya diserbu oleh anak-anak!

"Jangan Ma! Sarapannya jangan diberi ke Papa! Itu punyaku!" teriak Adi. "Dinda, ini sarapanmu! Cepetan, entar diambil Papa!" teriak Adi ke adiknya. Tampak Adinda juga sibuk mengamankan sarapannya yang sudah dari tadi disiapkan istri saya.

Melihat hal ini saya bertambah semangat. "Ma, cepat... bayam itu buat saya!" kata saya sambil merebut piring Adi. "Aaaah.. Papa curang! Itu kan sarapanku!" kata Adi agak jengkel. "Kalau begitu, telur dadarnya saja Ma buat aku!" kata saya menimpali lagi.

Begitulah suasana pagi itu. Ribut dan heboh saling berebut sarapan! Apa yang terjadi sebenarnya? Inilah akal saya untuk mengatasi kebuntuan suasana di mana anak-anak tadinya nggak mau makan akhirnya berubah saling berebut makan pagi. Yang terjadi akhirnya adalah sarapan yang disediakan istri saya ludes kami serbu!

Kuncinya adalah: suasana saling berebut sarapan jauh lebih menarik perhatian Adi dan Adinda dibandingkan penjelasan mengenai kegunaan sarapan dan kerugian jika nggak sarapan!

Akal yang saya gunakan adalah: jangan suruh anak anda makan, tapi rebutlah makanan (sarapannya, dengan berpura-pura ingin menguasai milik mereka)! Maka mereka akan mempertahankan haknya dan meludeskan sarapannya! Ini kan yang kita mau?

Comments